Pages

Sabtu, 20 November 2010

Resensi "GANYANG MALAYSIA" Politik konfrontasi Bung Karno


Bangsa Indonesia dan Malaysia merupakan bangsa serumpun. Masyarakat Malaysia menyebut Indonesia negeri jiran, maksudnya negara berdekatan.
Idealnya negara berdekatan akan selalu hidup rukun dan damai. Namun karena berdekatan itu justru rawan terjadi gesekan dan konflik. Sepertinya tersedia daftar panjang yang berpotensi memicu konfl ik hubungan antarnegara.
Sebut saja penganiayaan TKI, pencaplokan Sipadan dan Ligitan, pembajakan lagu-lagu Indonesia seperti Terang Bulan dan Rasa Sayange, pengambilalihan tari Pendet (Bali), Kuda Kepang, dan Reog Ponorogo untuk dimanfaatkan demi kepentingan pariwisata Malaysia, dan yang paling baru adalah soal penangkapan pegawai Kementerian Kelautan dan Perikanan. Ini semua membuktikan Malaysia sebagai bangsa serumpun yang pongah dan arogan.
Berdasarkan sumber yang ada, sejak kecil Bung Karno mewarisi dari ibunya rasa benci yang mendalam kepada penjajah Belanda yang merampas harta kerajaan Singaraja dan menangkap serta membuang sang raja.
Sebagai pejuang yang bercucuran darah dan keringat di medan perang, kemerdekaan yang belum lama diraih kian bertambah berat dan berkepanjangan karena ancaman dari luar yakni pembentukan negara Federasi Malaysia yang diprakarsai imperalis Inggris.
Indonesia di bawah pimpinan Bung Karno menentang pembentukan negara Federasi Malaysia yang terdiri dari Semenanjung Tanah Melayu, Singapura, Sabah, dan Serawak, sampai kemudian melancarkan konfrontasi dengan semboyan Ganyang Malaysia (hal 10).
Sikap radikal Bung Karno didasari rasa tanggung jawab dan kewajiban moral untuk membebaskan dan memerdekakan rakyat di kawasan Semenanjung Tanah Melayu termasuk Singapura, Sabah, dan Serawak di Kalimantan Utara dari penjajah Inggris. Bung Karno membaca bahwa pembentukan negara Federasi Malaysia itu diprakarsai imperialis Inggris.
Penggabungan Semenanjung Tanah Melayu dengan Sabah dan Serawak dapat dimengerti sebagai pengingkaran rakyat karena mereka sangat mendambakan kemerdekaan.
Dari sisi ini jelas sangat merugikan rakyat setempat karena tidak melalui proses pemungutan suara. Dengan kata lain Inggris sengaja menciptakan kekuatan yang dapat mengancam Indonesia.
Dalam pidatonya Bung Karno selalu mengatakan, Kalau Malaysia mau konfrontasi ekonomi kita hadapi dengan konfrontasi ekonomi, jika Malaysia konfrontasi politik hadapi dengan politik. Jika Malaysia dengan konfrontasi militer dihadapi dengan militer (hal 33).
Dalam berdiplomasi Indonesia, terutama di Jawa, mengenal istilah nglurug tanpa bala dan menang tanpa ngasorake.
Itu lebih dimaknai mengalah tanpa merasa kalah. Buku ini menarik dibaca karena selain membantu kita merekam era Bung Karno juga disertai dengan strategi konfrontasi kepada Malaysia tanpa merasa perlu untuk berperang.

Judul : Ganyang Malaysia: Politik Konfrontasi Bung Karno
Peresensi: Paulus Mujiran
Pengarang : John B Sriyanto
Penerbit : Interpre Book, Yogyakarta
Tahun : I, September 2010
Tebal : 110 halaman

1 komentar:

  1. Resensi "Ganyang Malaysia" Politik Konfrontasi Bung Karno ~ Koc Blog >>>>> Download Now

    >>>>> Download Full

    Resensi "Ganyang Malaysia" Politik Konfrontasi Bung Karno ~ Koc Blog >>>>> Download LINK

    >>>>> Download Now

    Resensi "Ganyang Malaysia" Politik Konfrontasi Bung Karno ~ Koc Blog >>>>> Download Full

    >>>>> Download LINK D6

    BalasHapus